tugas koperasi

Senin, 31 Mei 2010

Ancaman Teroris Masih Ada

Perhatian publik beralih, kini, pablik mencermati kembali penggerebekan teroris oleh polisi yang mengakibatkan lima tersangka teroris tewas.
Dalam penggerebekan teroris selama dua hari, Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Porli menggerebek tiga lokasi di cawang (jakarta), cikampek (karawang), dan sukoharjo (jawa tengah). Porli menembak mati lima orang yang diduga teroris dan menangkap sejumlah orang tersangka teroris. Dilokasi penggerebekan ditemukan senjata api laras panjang, istol levolver, magasin berisi peluru, dan sejumlah alat bukti lainnya.
Dalam penjelasannya kepada pers, kepala porli jenderal (pol) Bambang Hendarso Danuri menegaskan, para teroris itu berencana melakukan serangan terahdap pejabat negara pada 17 agustus 2010.
Kita tentunya mengapresiasikan kinerja aparat kepolisian untuk membongkar jaringan terorisme di Indonesia. Apa yang dilakukan densus 88 dalam dua hari terahir adalah sebuah prestasi. Sudah begitu banyak tersangka atau terpidana kasus terorisme yang ditangkap dan diadili. Fakta itu menunjukkan kuatnya komitmen pemerintah Indonesia untuk memberantas terorisme.
Namun, tetaplah menjadi pertanyaan: mengapa jaringan terorisme bisa cepat tumbuh di Indonesia kendati pimpinan mereka sudah ditembak, sseperti Dr Azahari dan Noordin M Top. Apakah ini bukan juga disebabkan kultur masyarakat kita yang primitif dan tidak berjalannya sistem pengawasan di level terendah? Kita menggarisbawahi pendapat Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan HAM Djoko Suyanto mengenai perlunya peningkatan kewaspadaan masyarakat pada tingkat RT atau RW karena ancaman teroris masih ada.
Sejauh terungkap dalam pemberitaan media, masyarakat disekitar lokasi penggerebekan teroris tidak mengenal penghuni baru yang tinggal di sana. Kultur masyarakat yang tidak mau tahu kondisi sekitarnya bisa membuat jaringan teroris makin merajalela.
Penembakan mati adalah langkah yang belakangan kerap diambil polisi dalam penggerebekan teroris. Cara itu dikritik Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Meski demikian, kaporli beagumen, langkah yang diambil porli dalam penggerebekan teroris sudah sesuai prosedur.
Pada satu sisi, langkah penembakan juga bisa menimbulkan terapi kejut bagi siapa saja yang ingin terlibat dalam jaringan terorisme. Namun, meski pada satu sisi penembakan mati adalah rasionalitasnya, langak itu bisa menutup pengungkaan jaringan teroris lebih jauh.
Menangkap atau menembak mati teroris adalah salah satu langkah kuratif untuk mengamankan masyarakat dari ancaman aksi teroris. Namun, cara itu tetaplah perlu diimbangi dengan pendekatan lain yang bisa bersifat preventif guna mencegah banyakanya masyarakat yang tertarik pada ideologi terorisme. Pendekatan yang komprehensif perlu dipikirkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar